Rabu, Desember 12, 2007

Perbedaan Nasrani & Kristen

Tidak banyak yang paham, bahkan mereka yang mengaku Kristen, bahwa
antara Nasrani dan Kristen memiliki makna yang berbeda.
Nasrani menunjuk pada ajaran yang dibawa oleh orang yang berasal dari Nasareth yaitu Isa as atau Yesus (Matius 2:23, 21:11; Markus 10:47). Pengikutnya disebut sebagai orang Nashara (Hawariyun), bukan Kristen seperti yang kita kenal.
Orang Nasrani masih mengikuti ajaran tauhid yang diajarkan Isa as (Yohanes 17:3) dan masih menjalankan hukum Taurat (Matius 5:17), serta menjalankan ajaran Ibrahim yaitu; khitan (Kejadian 17:9), tidak makan babi (Imamat 11:7) dan tidak minum-minuman keras (Imamat 10:9). Setelah Nabi Muhammad SAW datang, mereka meleburkan diri ke dalam Islam (Sejarah Gereja, Dr. H. Berkhof. Dr. I. H. Engklaar, BPK, hal.75).
Sedang Kristen adalah keyakinan yang mempercayai bahwa Isa as adalah Tuhan dan Juruselamat (Mesias). Keyakinan ini berasal dari ucapan Paulus di Antiokia, kira-kira tahun 40 M setelah Isa as tiada. Pengikutnya lazim disebut orang Kristen. “...Di Antiokia lah murid-murid itu mula-mula disebut orang Kristen” (Kisah Rasul 11:26).
Buku Materi Pokok Agama Katolik karangan Dra. Damascena Ari Suharso C.B (Karunika, Jakarta 1985, hal 42) menyebutkan, nama Kristen tidak berasal dari Kristen itu sendiri, melainkan diberikan oleh penguasa Romawi saat itu. Nama Kristen oleh orang Romawi dipakai untuk mengejek orang yang dipandang sebagai budak. Sebutan Kristen juga mengandung arti politik sebagai gerakan mesias (ala Ratu Adil atau Juruselamat).
Akidah maupun akhlak diantara keduanya juga berbeda. Nasrani berakidah tauhid, sedang Kristen tidak. Dengan meleburnya kaum Nasrani ke dalam Islam setelah kedatangan Nabi Muhammad SAW—seperti yang dikatakan Dr. H. Berkhof di atas—maka setelah itu tidak ada lagi kaum Nasrani di muka bumi. Yang tertinggal hanyalah kaum Kristen, pengikut Paulus. Oleh Paulus, yang juga seorang Yahudi, ajaran Isa as. yang awalnya mengakui ketauhidan, dirusak demikian rupa hingga banyak sekali hal-hal yang berten-tangan dengan pikiran sehat. Ayat-ayat Injil dipalsu sedemikian rupa, disisipi kalimat-kalimat yang saling bertentangan, dan ironisnya itu semua diikuti saja tanpa reserve oleh para pengikutnya.
Dalam hal beribadah misalnya. Orang-orang Kristen sekarang ini melakukannya dengan berlutut. Padahal Nabi Isa as atau Yesus beribadah dengan bersujud (Matius 26:39). Yang berlutut dan berdoa adalah cara ibadahnya Paulus (Kis 21:5; Kis 9:40; Kis 20:36). Dalam berdoa, umat Kristen tidak menengadahkan kedua telapak tangannya, padahal Isa as. melakukan hal itu (Matius 14:19; 1 Timotius 2:8). Saat akan melaksanakan ritual ibadah, Isa as melakukannya seperti ibadahnya umat terdahulu, yakni membersihkan diri dulu atau berwudhu (Keluaran 40:31), melepas alas kaki (Keluaran 3:5), dan menghadap kiblat (1 Raja 8:44,48; 2 Taw 6:34,38; Mazmur 5:7; Mat 5:17). Kini, hal-hal tersebut tidak mereka lakukan lagi.
Dalam hal kematian, mayat orang Kristen mengena-kan jas lengkap dan dimasukkan ke dalam peti mati. Tata cara ini sama sekali tidak ada dalilnya dalam Injil. Nabi Isa as ketika wafat dikafani (Lukas 24:12; Yohanes 11:44;
Yohanes 20:5).
Kristolog Drs. H. Ramly Naway, MSc, dalam makalah yang disampaikan pada acara Kajian Kristologi Korps Muballigh Muhammadiyah di Jakarta (4/3) mencatat hal-hal yang ‘lucu’ dan sangat naif dalam ayat-ayat Injil. Di antaranya adalah: Allah kalah ketika bergulat melawan Nabi Yakub as. (Keja-dian 32:22-27), Anak-anak Allah tertarik kepada kecantikan anak-anak manusia, lalu Tuhan menyesal dan pilu hatinya melihat keja-hatan manusia (Kejadian 6:1-8), Malaikat makan roti (Kejadian 19:3).
Kemudian, para nabi yang seharusnya dihormati pun dilecehkan dalam Injil. Nabi Nuh as. mabuk-mabukan dan telanjang dalam kemahnya (Kejadian 9:18-27), Nabi Ismail as. berperangai seperti keledai liar (Kejadian 16:11-12), Nabi Luth as. menghamili kedua putri kandungnya (Kejadian 19:30-38), Nabi Yakub as. menipu ayahnya sendiri (Kejadian 27:1-46), Yehuda menghamili menantunya sendiri (Kejadian 38:1-30), Nabi Daud as. menghamili isteri orang yang akhirnya menurunkan Nabi Isa as. (II Samuel 11:1-27;
Matius 1:6), Nabi Isa adalah nabi yang bodoh, idiot, emosional, dan berakhlak bejat (Markus 11:12-14; Yohanes 7:8-10;Yohanes 2:4), dan banyak lagi ayat-ayat lainnya.
Lebih gila lagi, demi ‘misi suci’, Paulus membolehkan pengikut berbuat banyak dosa. “Kata Paulus: Tetapi jika kebenaran Alah oleh dustaku semakin berlimpah bagi kemuliaan-Nya, mengapa aku masih dihakimi lagi sebagai orang berdosa?” (Roma 3:7). Paulus juga mengatakan, “Tetapi hukum Taurat ditambahkan, supaya pelanggaran menjadi semakin banyak; dan di mana dosa bertambah banyak, di sana kasih karunia menjadi berlimpah-limpah.” (Roma 5:20). Menurut Paulus, di mana para pengikutnya kian banyak melakukan pelanggaran dan berbuat dosa, maka di situlah kasih karunia Tuhan kian berlimpah-limpah.
“Itulah sebabnya, dalam menjalankan misinya, mereka sama sekali tidak mengindahkan norma-norma atau hukum yang ada. Se-muanya adalah sah. Bahkan dengan semakin banyaknya dosa yang dibuat maka akan kian banyak pula kasih karunia Tuhan berlimpah-limpah,” ujar Abu Deedad Shihabudin, Kristolog yang juga Sekre-taris FAKTA (Forum Antisipasi Kesalahpahaman Terhadap Akidah).
H. Ramly Naway mencatat, pokok ajaran Paulus intisarinya ada enam; doktrin trinitas, kepercayaan yang menyebutkan Yesus adalah Juruselamat, kepercayaan Yesus mati di tiang salib untuk menebus dosa manusia dan bangkit kembali pada hari ketiga, kepercayaan Yesus mati di tiang salib untuk menebus dosa warisan dari Adam as, keyakinan Yesus telah bangkit dari antara orang mati lalu naik ke langit, dan keper-cayaan Yesus akan datang lagi pada akhir zaman.
Lantas, siapa sebenarnya Paulus itu yang menjadi ‘penerus’ Yesus? Injil menyebutkan: Paulus adalah musuh Yesus yang telah menyiksa para murid Yesus (Kisah Para Rasul 8:1-29; 26:8-11)

Tidak ada komentar: