Kamis, Desember 13, 2007

Muhammad & Kristus

Kitab Injil penuh dengan kisah mu’jizat yang dilakukan oleh Yesus Kristus, dan di dalam Injil tersebut, tidak di lainnya, disangka terletak dalil Keilahiannya. Bahkan sebenarnya inti ajaran agama Kristen itu adalah mu’jizat; jika Yesus tidak bangkit dari antara yang mati, maka kepercayaan dan ajaran Kristen niscaya akan sia-sia belaka. Kewajiban agama, ajaran yang normal dan kebangkitan rohani tidak terdapat kecuali mu’jizat dan mu’jizat saja yang terdapat pada Injil tersebut. Orang mati dibangkitkan dari kubur, banyak orang sakit disembuhkan, air dirobah jadi anggur, roh jahat dilenyapkan, dan banyak sekali perbuatan yang aneh-aneh dilakukan. Demi berdalih, maka catatan di berbagai Injil tersebut secara harfiah dikira benar; tapi apa pengaruh dari semua itu terhadap kehidupan orang-orang yang pernah menyaksikan segala mu’jizat aneh tersebut? Mu’jizat dalam kehidupan seorang Nabi harus bisa meyakinkan orang terhadap hakikat risalahnya dan harus meyakinkan pula pikiran orang biasa bahwa dengan memiliki kekuatan yang luar biasa itu dia harus diikuti risalah rohani. Dia harus membawa perubahan akhlak dan rohani yang menjadi tujuan utamanya, dan mu’jizat itu hanya diperlukan demi menunjang tujuan tersebut. Yang pertama-tama harus diperhatikan adalah mu’jizat itu harus memiliki makna tujuan akhir, sedangkan mu’jizat seperti itu cuma berakhir pada dirinya sendiri saja. Jadi mu’jizat itu harus dibuktikan dengan pengaruh yang dihasilkannya.

Pertanyaan paling penting bagi kita karenanya: dengan mengira Yesus melakukan segala mu’jizat atau keajaiban-keajaiban yang menakjubkan seperti tercantum di dalam Injil, apa hasilnya? Seberapa besar keberhasilan yang ia capai dalam mentransformasi manusia? Salah satu Injil mengatakan kepada kita bahwa Yesus telah diikuti oleh sejumlah besar orang sakit yang semuanya disembuhkan, lainnya lagi mengatakan banyak sekali yang disembuhkan. Sekarang, jika yang dinyatakan itu benar, maka tak seorang pun di negeri itu akan tersisa untuk beriman kepada Yesus. Sungguh tak masuk akal bahwa mereka yang menyaksikan perbuatan luar biasa yang dilakukan Yesus Kristus itu malah dia sendiri ditolak dan dituduh sebagai seorang pendusta. Mereka melihat bahwa orang-orang yang sakit disembuhkan dan yang mati dihidupkan kembali tapi mengapa mereka masih saja tidak beriman kepadanya bila tak ada satu keajaiban pun yang ditempa? Dan betapa anehnya meskipun sejumlah besar manusia disembuhkan, tapi mengapa tak seorang pun percaya kepada Yesus, meskipun Injil memberitahukan kepada kita bahwa kepercayaan itu adalah kondisi paling prima untuk kesembuhan; karena jika sejumlah besar manusia itu percaya kepada Yesus, niscaya dia akan diikuti oleh lebih banyak lagi ketika saat penyalibannya dari sekedar kenyataan yang telah terjadi, maka saat itu pun niscaya cukup besar untuk merobohkan kekuasaan pada waktu itu.

Tapi apakah yang kita dapati? Para pengikut Yesus itu menyedihkan sekali, bukan hanya dalam jumlah, tapi juga dalam hal karakter. Dari sejumlah limaratus orang yang mengikutinya dia hanya memilih duabelas orang saja yang duduk dalam duabelas kedudukan terhormat yang bisa dipercaya untuk bekerja di hadapan Tuannya, dan yang duabelas orang ini benar-benar sangat lemah karakternya, yang paling menonjol dari mereka adalah Petrus yang pernah mengingkari Yesus sebanyak tiga kali karena merasa takut diperlakukan keras oleh para musuh, dan ia tak ragu-ragu mengutuk yang kutukan itu dia anggap hanya untuk mengelak saja. Lain-lainnya lagi bahkan tidak mau mendekati Yesus, sementara salah seorang yang terpilih dari mereka berbalik menjadi pengkhianat. Dalam suatu peristiwa paling awal ketika Yesus meminta kepada mereka untuk berdo’a baginya, beliau dapati semuanya tertidur lelap. Sering sekali beliau memberi peringatan keras kepada mereka karena tak memiliki iman. Jika di dunia ini segala mu’jizat dilakukan oleh Yesus, dan bila mereka pernah menyaksikannya, tidakkah perkara itu akan berkesan? Tapi buktinya Yesus tidak bisa membawa perubahan berarti, baik kepada para sahabatnya apalagi kepada para musuhnya, ini cukup untuk menjadi bukti dan saksi bahwa kisah segala keajaiban itu sebenarnya hanyalah rekayasa belaka.

Kegetiran hasil yang dicapai oleh Yesus Kristus meskipun dibarengi segala kisah keajabian yang dianggap hebat itu, tak ada artinya bila dibandingkan dengan hasil yang dicapai oleh Nabi Besar Dunia yang muncul di negeri Arab. Di hadapan Nabi Suci adalah bangsa yang belum pernah samasekali mendapat petunjuk kebenaran, di antara mereka itu belum pernah ada seorang Nabi pun yang pernah muncul sebelum beliau, usaha mereformasi mereka baik yang dikerjakan oleh Yahudi maupun Kristen terbukti gagal total. Bangsa ini, baik kebudayaan materi maupun moral, telah tenggelam ke jurang kehinaan dan kebobrokkan, berabad-abad lamanya suara para pembaharu hanya jatuh menimpa telinga tuli. Namun dalam waktu yang kurang dari seperempat abad saja, perubahan ajaib telah membalikannya. Kejahatan yang sudah begitu tua dilenyapkan, kedunguan dan klenik khayali diganti dengan kecintaan terhadap ilmu dan keintelektualan. Dari segala unsur manusia yang pecah berantakan yang tidak mengenal apa itu namanya bangsa, tumbuh menjadi suatu bangsa yang hidup bersatu dan menjadi bangsa yang termaju di antara berbagai bangsa yang besar-besar di dunia dari keadaan yang tak mempunyai kekuasaan apa pun yang kemudian ilmu pengetahuannya menjadi obor dunia selama berabad-abad. Ketahuilah bahwa kemajuan material itu adalah akibat dari perubahan batin, perubahan akhlak dan sudah tentu utamanya adalah perubahan atau transformasi rohaniah dimana hal ini tidak ada persamaannya dan tidak pernah pula disaksikan di belahan dunia lainnya. Baik dalam bidang akhlak, moral maupun material, Muhammad saw membangkitkan suatu bangsa dari keterpurukkan ke tingkat kemajuan yang luar biasa. Kebalikan dari ini, apa yang diperbuat Yesus Kristus? Di hadapan beliau sudah terpampang bangsa Yahudi yang sudah pandai membaca kitab-kitab suci dan pernah berpengalaman melakukan kebajikan yang paling tidak dalam bentuk lahiriahnya saja. Beliau juga sudah mendapati bahwa bangsa itu hidup di bawah pemerintahan yang berbudaya dengan peradaban material demi menunjang kemajuannya. Meskipun dengan adanya kemajuan tersebut, beliau tetap tidak bisa menghasilkan perubahan sedikit pun terhadap kehidupan bangsa tersebut apalagi secara keseluruhan. Jika akibatnya begitu menyedihkan, maka sudah pasti tidak mungkin ada sesuatu yang dikerjakan secara menakjubkan. Dalam hal inilah, kisah segala keajaiban atau mu’jizat yang aneh-aneh itu jelas sekali hanya berupa rekayasa semata atau hanya berupa perkara yang dilebih-lebihkan saja dari keadaan yang sebenarnya demi menutupi borokborok kegagalan yang jelas-jelas kelihatan di depan mata.

Kritik yang menelaah Injil menunjuk kepada kesimpulan yang sama. Markus 8:12 berisi tanda-tanda pengingkaran yang nyata:

“Dan ia mengeluh dalam hatinya, dan berkata, Mengapa generasi ini meminta keajaiban? Sungguh aku katakan kepadamu. Tak akan ada keajaiban yang akan diberikan kepada generasi ini”.

Pernyataan yang sama dikemukakan di dalam Injil lainnya. Lihatlah Matius 12:39; 16:4 dan di dalam Lukas 11:29.

“Beberapa orang ahli Taurat dan kaum Parisi menjawab sambil berkata, Tuan, kami ingin melihat keajabian darimu. Tapi dia menjawab dan berkata kepada mereka, Generasi yang jahat dan berzina ini meminta keajaiban; tidak akan ada keajaiban apa pun yang akan diberikan kepadamu, kecuali keajaiban dari nabi Yunus” (Matius 12:38-39).

Di sini kita ditunjukkan pengingkaran yang begitu nyata bahwa di sana tidak ada suatu tanda keajaiban pun kecuali keajaiban Nabi Yunus, yang ini dipahami oleh beberapa komentator Injil dengan arti keajaiban ajaran, yang oleh lainnya dipahami sebagai tetap tinggal di kuburan (yakni tetap hidup sebagaimana Yunus) selama tiga hari tiga malam. Jika Yesus telah melakukan keajaiban-keajaiban yang adiluhung, mengapa kaum Parisi meminta keajaiban dan mengapa Yesus menolak untuk memberikan keajaiban tersebut? Dalam menjawab permintaan mereka itu, beliau seharusnya menunjuk kepada ribuan saksi yang telah disembuhkannya; yang pada faktanya kerumunan massa yang ada di sekeliling beliau itu harus bisa membungkam pertanyaan orang-orang tersebut dengan bukti mereka sendiri. Tapi tidak ada sesuatu pun yang terjadi. Para komentator Injil berkata bahwa kaum Parisi mereka meminta keajaiban luar biasa dan bukan penyembuhan orang-orang yang sakit “karena mereka sudah biasa melakukan hal itu”. Jika itu memang benar begitu, maka jelas sekali bahwa Yesus bisa menyembuhkan orang-orang yang sakit itu bukan dalam hal yang luar biasa. Dan mengapa Yesus tidak menunjuk kepada orang-orang yang dibangkitkan dari kematian?

Lagi, Markus memberitahukan kepada kita bahwa Yesus tidak bisa berbuat sesuatu yang luar biasa sewaktu di Nazareth, beliau hanya menyembuhkan beberapa orang yang sakit: “Dia tidak bisa mengerjakan sesuatu yang luar biasa, dia hanya menyembuhkan beberapa orang yang sakit dengan meletakkan tangannya di atas mereka, lalu menyembuhkan mereka”. Ini pun menunjukkan bahwa Yesus tidak mampu melakukan mu’jizat yang aneh-aneh, dan menyembuhkan beberapa orang yang sakit tersebut itu cuma pekerjaan biasa saja. Pernyataan ini cukup menjadi bukti bahwa kisah perbuatan yang ajaib serta aneh-aneh itu, sekali lagi, hanya rekayasa belaka, atau paling tidak, ya cuma dilebihlebihkan saja.

Tidak ada komentar: